Jakarta – Sebuah era baru dalam teknologi antarmuka otak-komputer membuka harapan bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang kehilangan kemandirian fisik akibat kelumpuhan atau cedera serius. Startup Neuroteknologi Neuralink, yang didirikan oleh Elon Musk pada tahun 2016, baru-baru ini berhasil memasang implan otak pada pasien keduanya, sebuah langkah besar setelah eksperimen awal dengan pasien pertama, Noland Arbaugh, di awal tahun ini.
Implan otak Neuralink, yang juga dikenal sebagai The Link, merupakan perangkat brain-computer interface (BCI) yang bekerja dengan menanam elektroda cip otak dalam sistem saraf manusia. “Saya tidak ingin membawa sial, tetapi tampaknya implan kedua berjalan sangat baik,” ujar Musk, pendiri Tesla dan Neuralink, pasca pencangkokan implan pada orang kedua, yang juga menderita cedera tulang belakang serupa dengan Arbaugh.
Hal ini menjadi kabar baik setelah insiden dengan pasien pertama, Noland Arbaugh, yang benang elektroda implan cipnya tertarik mengakibatkan kegagalan fungsi sebagian elektroda dalam menangkap sinyal otak. Namun, Neuralink segera mengkonfirmasi bahwa hal ini tidak membahayakan pasien dan insinyur mereka telah memperbaiki masalah tersebut, menyatakan “Ada banyak sinyal, banyak elektroda. Ini bekerja dengan sangat baik.”
Pasien yang telah menerima implan ini melaporkan keuntungan signifikan dalam kemandirian mereka. “Hal ini memberi saya kemampuan untuk melakukan segala sesuatunya sendiri lagi tanpa memerlukan keluarga sepanjang waktu, siang dan malam,” kata Arbaugh, menyoroti manfaat yang dirasakannya setelah operasi.
Baca Juga : 7 Langkah Ampuh Melindungi Data dari Ransomware
Meskipun teknologi ini masih dalam tahap pengujian, Musk dan Neuralink memiliki visi jauh ke depan. “Bayangkan jika Stephen Hawking dapat berkomunikasi lebih cepat daripada juru ketik atau juru lelang. Itulah tujuannya,” kata Musk. Dengan adanya Neuralink, pasien dengan kelumpuhan mungkin satu hari nanti bisa berkomunikasi atau mengoperasikan perangkat elektronik hanya dengan memikirkannya.
Bentuk implan The Link sangat kecil, dengan sebuah casing yang ditanamkan pada tengkorak yang menampung baterai, komponen utama, dan antena bluetooth. Implan tersebut terdiri dari renda saraf yang memuat 1.024 elektroda terdistribusi melintasi 64 kabel kecil yang ditanamkan di bawah tengkorak, tepatnya pada permukaan otak.
Biaya pemasangan teknologi ini diperkirakan cukup mahal, dengan prediksi harga sekitar $10.500 atau sekitar Rp169,4 juta, belum termasuk biaya operasi yang mencapai $40.000 atau sekitar Rp645,5 juta. Namun, angka ini tentunya akan menjadi lebih jelas seiring dengan berjalannya waktu dan komersialisasi produk Neuralink.
Dengan kemajuan ini, Neuralink melangkah ke depan dalam mempersiapkan lebih lanjut uji klinis pada pasien lain. Beberapa ilmuwan dan pengamat berharap Neuralink dapat melanjutkan pengujian ini dengan aman, mengingat potensi besar yang dimilikinya untuk meningkatkan kesehatan dan mengatasi penyakit manusia.
Namun, masih banyak pertanyaan yang harus dijawab mengenai stabilitas dan daya tahan jangka panjang dari implan ini, serta bagaimana interaksi implan dengan gerakan alami otak manusia. Tantangan ini dan banyak lainnya harus diatasi sebelum teknologi revolusioner ini bisa menjadi bagian dari praktik medis rutin. Lokasi produksi dan penelitian Neuralink saat ini berada di Fremont, California, di mana Musk dan timnya terus berinovasi dan mengeksplorasi batas-batas baru dalam hubungan antara teknologi, pikiran, dan tubuh manusia.
Baca Juga : Serangan Ransomware 210 Instansi Pemerintah Terdampak Kebocoran Data