Jakarta – Menyusul konfirmasi Kementerian Kesehatan tentang kasus cacar monyet atau Mpox di Indonesia sejak Agustus 2022, menjadi penting bagi masyarakat untuk mengenali gejala dan cara penularan penyakit ini. Sebagai serangkaian upaya pengendalian, peningkatan kesadaran dan pemahaman terkait Mpox menjadi prioritas utama. Penyakit ini memiliki tingkat kematian yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan COVID-19, yakni kurang dari 0,001% dari total kasus. Meskipun demikian, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat virus ini dapat menular dari hewan ke manusia dan antarmanusia.
“Dikutip dari Liputan6.com, Kementerian Kesehatan mengonfirmasi bahwa penyakit cacar monyet (Mpox) telah terkonfirmasi di Indonesia sejak Agustus 2022.” Upaya pengendalian pun telah dilakukan untuk menangani penyebaran penyakit yang tersebar melalui virus ini. Penyakit ini pertama kali teridentifikasi pada tahun 1958 ketika sekelompok monyet sedang diteliti dan kasus pertama pada manusia muncul pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.
Kasus Mpox di Indonesia memangkas beberapa gejala yang umum terjadi, seperti pembengkakan kelenjar getah bening, gejala mirip cacar air dengan ruam atau bintil berair di dada, wajah, hingga bagian dalam mulut serta hidung. Setelah 1-3 hari gejala awal muncul, biasanya penderita mulai mengalami ruam atau lesi pada kulit yang berpotensi menyebar ke wajah, telapak tangan dan kaki, mulut, alat kelamin, serta mata.
Penyebaran Mpox tentu perlu diwaspadai, dan cara penularan virus ini pun harus dipahami untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Virus dapat menular melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada hewan yang terinfeksi, seperti primata dan hewan pengerat. Selain itu, kontak kulit ke kulit dengan seseorang yang terinfeksi, termasuk melalui hubungan intim, juga menjadi salah satu jalur penularan.
Baca Juga : IMF Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Stabil di Angka 5,1% Hingga 2029
Untuk diagnosis penyakit, pemeriksaan laboratorium, termasuk tes PCR dari sampel lesi kulit, menjadi penting untuk memastikan adanya infeksi. Sayangnya, hingga hari ini, belum ada pengobatan khusus untuk Mpox; namun, penanganan yang diberikan berupa perawatan simptomatik dan mendukung, seperti perawatan lesi kulit dan perawatan intensif bagi individu dengan sistem kekebalan yang lemah.
Langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan RI meliputi membatasi interaksi dengan hewan liar, memastikan daging hewan dimasak dengan sempurna, rajin mencuci tangan, dan menjaga jarak dari individu yang menunjukkan gejala penyakit. Penggunaan APD yang sesuai, termasuk masker dan sarung tangan, juga vital bagi tenaga kesehatan dalam mencegah penyebaran penyakit ini.
Walaupun belum terdapat vaksinasi monkeypox secara massal di Indonesia, vaksinasi tetap disarankan untuk orang-orang yang berisiko tinggi, seperti tenaga kesehatan. Perlu diperhatikan juga bahwa setiap orang yang terinfeksi Mpox sebaiknya melakukan isolasi diri hingga benar-benar pulih.
Pada akhirnya, dengan pengenalan yang baik atas gejala dan langkah-langkah pencegahan yang efektif, kita dapat bersama-sama mengendalikan penyebaran Mpox dan menjaga kesehatan masyarakat.
Baca Juga : Neuralink Elon MuskTeknologi Implan Otak yang Menghubungkan Pikiran dan Komputer, Bahaya atau Tidak?