Lagu “Torang Nusantara” menghadirkan sebuah potret musikal tentang Indonesia yang kaya akan alam, budaya, dan persatuan. Dibuka dengan lirik berbahasa Sanskerta yang menggambarkan kepulauan emas, hutan berbunga, dan laut yang damai, lagu ini segera membawa pendengar pada imaji Nusantara sebagai tanah yang penuh anugerah. Dari Sabang sampai Merauke, terhampar hutan hijau, laut biru, gunung yang menjulang, hingga sawah membentang luas, membentuk panorama tanah surga yang tak pernah pudar pesonanya.
Liriknya tidak berhenti pada gambaran alam semata. “Torang Nusantara” juga mengangkat kehidupan sosial dan budaya yang berwarna-warni. Burung cenderawasih yang menari di langit, rakyat yang tersenyum, tangan yang saling menggenggam, hingga baju adat, musik, tari, dan cerita rakyat, menjadi simbol betapa beragamnya identitas bangsa. Namun, di balik perbedaan itu, ada satu jiwa yang mempersatukan seluruh anak negeri.
Lirik Lagu Torang Nusantara
Suvarṇadvīpaṁ ramyaṁ
Vanāni puṣpitaṁ ca sāgaraḥ śāntaḥ
Pṛthivyāṁ mānuṣāḥ bahavaḥ
Eka-hṛdayaṁ, eka-śaktiḥ
(Intro – Spoken With Percussion)
Kepulauan emas nan indah
Hutan berbunga dan laut yang damai
Di tanah ini, manusia beragam
Satu hati, satu kekuatan
(Intro Pop Rock Percussion)
(Verse 1)
Dari Sabang sampai Merauke
Hutan hijau dan biru laut berseri
Gunung menjulang, sawah terbentang
Tanah surga yang tak pernah hilang
Burung cendrawasih menari
Di langit luas, bebas berseri
Rakyat tersenyum, tangan bersatu
Dalam damai, kita berpadu
Tapi sa liat, bukan cuma kita
Dari Aceh sampe Papua, semua luar biasa
Suku beda, tapi rasa sa pu rasa
Indonesia itu kaya, bukan cuma kata-kata
Torang beda, tapi torang satu
Torang baku sayang, sampe batu-batu
Baju adat, musik, tari, cerita
Ini Nusantara, bukan dong punya beta
(Chorus)
Ini Nusantara, rumah kita semua
Berbeda warna, satu jiwanya
Suku dan bahasa, adat dan budaya
Menyatu indah di bumi tercinta
Oh Ibu Pertiwi, engkaulah pelita
Kami menjagamu, dengan cinta
Bersama langkah, suara dan rasa
Kita kuat, kita… Indonesia!
(Verse 2)
Bambu berdenting di lereng desa
Anak-anak menari cerita
Kulit berbeda, hati yang sama
Dalam pelukmu, kami bahagia
Beta jalan sampe Bugis, Minang, Sunda
Torang duduk makan sama, lupa sapa punya
Torang beda, tapi torang kuat
Satu nusa, satu bangsa, satu niat
Sampai langit runtuh, tanah goncang
Beta tetap bilang: torang baku sayang
Ini Nusantara, rumah kita semua
Berbeda warna, satu jiwanya
Suku dan bahasa, adat dan budaya
Menyatu indah di bumi tercinta
Oh Ibu Pertiwi, engkaulah pelita
Kami menjagamu, dengan cinta
Bersama langkah, suara dan rasa
Kita kuat, kita… Indonesia!
Walau berbeda rupa dan suara
Tapi hati kita satu irama
Langkahmu langkahku, satu tujuan
Menjaga tanah penuh harapan
Yo! Ini beta pung tanah!
Dari timur sampe barat, torang pung arah
Yo! Ini Nusantara!
Penuh warna, tapi hati satu suara
Yo! Angkat tangan di udara
Kalau bangga jadi anak Indonesia
Yo! Ini beta pung tanah!
Torang jaga, sampe dunia dengar nama!”
Pesan Persatuan di Tengah Perbedaan
Pesan utama lagu ini terletak pada ungkapan seperti “Torang beda, tapi torang satu” dan “Torang baku sayang, sampe batu-batu”. Kalimat tersebut bukan hanya permainan kata, tetapi penegasan bahwa keberagaman suku, bahasa, adat, dan budaya bukanlah pemisah, melainkan kekuatan. Dari Aceh hingga Papua, setiap sudut negeri memiliki keistimewaan yang, jika dirangkai, membentuk harmoni yang utuh.
Bait rap dalam lagu ini memberikan energi yang berbeda. Seruan seperti “Yo! Ini beta pung tanah! Torang jaga, sampe dunia dengar nama!” adalah panggilan untuk generasi muda agar bangga menjadi anak Indonesia dan siap menjaga tanah air dengan sepenuh hati. Semangat ini menjadi sangat relevan dalam membangun kesadaran kolektif untuk merawat persatuan di tengah tantangan zaman.
Relevansi dengan Peringatan 80 Tahun Kemerdekaan
Tahun ini, Indonesia merayakan 80 tahun kemerdekaannya. Sebuah usia yang menandai kematangan bangsa, sekaligus momentum refleksi untuk menilai sejauh mana cita-cita kemerdekaan telah diwujudkan. Lagu “Torang Nusantara” menjadi cermin bahwa perjalanan menuju Indonesia yang bersatu, adil, dan makmur masih terus berlanjut.
Delapan dekade yang telah dilewati menunjukkan bahwa kemerdekaan bukan hanya hasil perjuangan fisik di masa lalu, tetapi juga perjuangan moral dan sosial di masa kini. Ancaman terhadap persatuan kini tidak lagi datang dari penjajah, melainkan dari potensi perpecahan internal, intoleransi, dan polarisasi. Di sinilah pesan lagu ini menemukan relevansinya—mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk kembali pada semangat awal: satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, dan satu hati.
Menatap Indonesia Emas 2045
Dengan semangat yang dihidupkan lagu “Torang Nusantara”, peringatan HUT RI ke-80 seharusnya menjadi titik tolak menuju Indonesia Emas 2045. Persatuan yang dijaga akan menjadi modal utama untuk menghadapi persaingan global, memanfaatkan potensi sumber daya, dan membangun bangsa yang disegani dunia. Lagu ini mengingatkan bahwa kekuatan Indonesia bukan hanya pada kekayaan alam atau jumlah penduduknya, tetapi pada kemampuannya menjaga keharmonisan di tengah keberagaman.
“Torang Nusantara” adalah nyanyian persatuan yang melampaui batas genre musik. Ia adalah seruan untuk tetap setia menjaga Ibu Pertiwi dengan cinta, langkah, suara, dan rasa. Di usia 80 tahun kemerdekaan, pesan ini menjadi kompas moral yang menuntun bangsa menuju masa depan yang gemilang—sebuah Nusantara emas yang diimpikan para pendiri negeri.
Baca Juga : Refleksi Paradigma Baru Diplomasi Indonesia di Tengah Krisis Global






